ditulis oleh: Dimas D Saputro
Siang hari disebuah bengkel di Jalan Kaliurang, saya bertemu dengan pegawai UGM yang hobinya mancing. Obrolan kami langsung seru karena kami membicarakan ombak dan tentunya salah satu hobi baru saya, snorkling. Setelang membicarakan karakter ombak laut selatan, pasang surut air laut, hingga kapan waktu laut selatan cukup tenang, dia menyebut pantai-pantai yang pernah dikunjunginya. Dia merekomendasikan Watukarung sebagai salah satu pantai yang harus kami kunjungi.
Siang hari disebuah bengkel di Jalan Kaliurang, saya bertemu dengan pegawai UGM yang hobinya mancing. Obrolan kami langsung seru karena kami membicarakan ombak dan tentunya salah satu hobi baru saya, snorkling. Setelang membicarakan karakter ombak laut selatan, pasang surut air laut, hingga kapan waktu laut selatan cukup tenang, dia menyebut pantai-pantai yang pernah dikunjunginya. Dia merekomendasikan Watukarung sebagai salah satu pantai yang harus kami kunjungi.
Saya langsung share di grup pasang surut laut, mengenai pantai di antah berantah tersebut. Watukarung berada di Pacitan, sebuah pantai yang terkenal memiliki ombak bagus tapi ganas untuk bermain surfing. Setelah mencari info lengkap mengenai keberadaan Watukarung kami langsung menentukan hari baik, kapan kami berangkat kesana?
Awalnya saya berangkat berdua, saya dan Mas Dany, kemudian salah satu grup snorkling kami menyusul agak siang. Berangkat dari Jogja jam 05.30 kami tiba di Watukarung jam 08.30, satu jam kemudian Aan menyusul. Niat awal kami adalah snorkling, karena kami tidak tahu jika Watukarung adalah salah satu spot surfing berskala internasional. Kami menyesal ketika pertama sampai ke Watukarung, karena ternyata biota bawah lautnya tak seperti yang kami bayangkan dan ombaknya besar-besar kayak monster.
Kami berkenalan dengan seorang pedagang makanan lokal, karena kami tidak bisa banyak bermain-main snorkling di sana. Ternyata anak bapak penjual makanan tersebut juga belajar surfing, saat mengetahui hal tersebut, seolah-olah ada pelangi muncul di kepala kami. Obsesi kami untuk bermain surfing di Gunung Kidul, dan kami tidak tahu sama sekali tentang surfing sekarang mulai menampakan titik terang.
Kami langsung meminjam papan surfing dari warga lokal, kami paddle-paddle kecil di pinggiran pantai. Mungkin dalam hati surfer-surfer bule di sana berkata "Siapa mereka itu, orang-orang idiot yang ingin belajar surfing?" Setelah kami gali informasi lebih banyak tentang watu karung, kami terbahak-bahak tak henti-henti, "Oalah, wong edan kabeh, ra iso surfing kemaki arep surfing nang Watukarung." (Oalah, orang gila semua, belum tahu surfing aja udah mau surfing di Watukarung). Ternyata, watu karung bukan tempat belajar surfing, tapi tempat surfer-surfer pro menunjukan skill mereka. Ombak degan power penuh, barel, arus bawah laut yang kuat, serta ombak besar membuat Watukarung hanya boleh buat surfer intermediate sampai profesional. - Salam Tiarap Bahagia -
pic atas: dengan susah payah dan beberapa kali tersesat, sampai juga disini
pic atas: kiri, terlihat senang bukan main pertama kali bisa pegang papan selancar yang asli.
pic kanan: Obrolan konyol, bagaimana cara menggunakanya.
pic atas: bergantian mencoba dan merasakan papan selancar, asal pakai tanpa tahu cara teknis yang benar. Alhasil, otot pegal semua.
pic atas; salam dari kami trio cumi-cumi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar